AKAR, RUMAH KOSONG DAN LAMPION
Saat daun mulai meranggas, dan hujan tak mau datang
Dalam siang yang terik juga malam yang beku
Saat lampu temaram mulai mengantuk dan berniat mengatup
Saat semuanya berniat pergi, aku hanya disini
Sebagai rumah kosong,, dengan akar-akar mu yang mengelilingiku
Yang aku tak tahu..
Haruskah ku berterimakasih atau sedih
Kala akarmu menjllur ke tubuhku minta perlindungan
Kau melilitku dan menjeratku, berharap ku memerhatikanmu
Kau harus tahu, aku hanya rumah kosong
Sekuat apa pun kau menyeratku , aku hanya diam..
Kau malah membuatku semakin retak, hingga akhirnya mau patah
Maaf,, aku tak berharap kau disini untuk melilitku
Cukup berdiri saja disitu, julurkan akarmu ke tanah lain!!
Sekali lagi, maaf..!! Aku tak bisa memberimu harapan,
karena aku pun masih berharap...
Untuk sebuah lampion yang menghiasi temboku,,
Yang akan menggantikan lampu temaram itu,,
Yang tak mampu lagi menyusup ke sudut-sudut ruangku
Meski lampion itu belum ada,
tapi aku lebih memilih bahagia bisa mengharapkannya
Karena, sekali lagi,, maaf.. Bukan akar yang aku cari, tetapi lampion..