pelajaran sekolah

PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
DAN PENGARUHNYA

A. PENGERTIAN
Sebelum kita membahas mengenai pemanasan global, perubahan iklim global serta dampaknya maka lebih baik kalau kita mengetahui dulu pengertian dari hal-hal yang menyangkut pembahasan kita nantinya.

1. IKLIM :
• Sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya (World Climate Conference, 1979).
• Konsep abstrak yang menyatakan kebiasaan cuaca dan unsur-unsur atmosfer disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang (Glenn T. Trewartha, 1980).
• Peluang statistik berbagai keadaan atmosfer, antara lain suhu, tekanan, angin kelembaban, yang terjadi disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang (Gibbs,1987).

2. PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
Adapun definisi perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia (Kementerian Lingkungan Hidup, 2001). Perubahan fisik ini tidak terjadi hanya sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang. LAPAN (2002) mendefinisikan perubahan iklim adalah perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu. Sedangkan istilah perubahan iklim skala global adalah perubahan iklim dengan acuan wilayah bumi secara keseluruhan. IPCC (2001) menyatakan bahwa perubahan iklim merujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yang panjang (biasanya dekade atau lebih). Selain itu juga diperjelas bahwa perubahan iklim mungkin karena proses alam internal maupun ada kekuatan eksternal, atau ulah manusia yang terus menerus merubah komposisi atmosfer dan tata guna lahan.

3. PEMANASAN GLOBAL
Istilah perubahan iklim sering digunakan secara tertukar dengan istilah ’pemanasan global’, padahal fenomena pemanasan global hanya merupakan bagian dari perubahan iklim, karena parameter iklim tidak hanya temperatur saja, melainkan ada parameter lain yang terkait seperti presipitasi, kondisi awan, angin, maupun radiasi matahari. Pemanasan global merupakan peningkatan rata-rata temperatur atmosfer yang dekat dengan permukaan bumi dan di troposfer, yang dapat berkontribusi pada perubahan pola iklim global. Pemanasan global terjadi sebagai akibat meningkatnya jumlah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. Naiknya intensitas efek rumah kaca yang terjadi karena adanya gas dalam atmosfer yang menyerap sinar panas yaitu sinar infra merah yang dipancarkan oleh bumi menjadikan perubahan iklim global (Budianto, 2000).

Meskipun pemanasan global hanya merupakan 1 bagian dalam fenomena perubahan iklim, namun pemanasan global menjadi hal yang penting untuk dikaji. Hal tersebut karena perubahan temperatur akan memperikan dampak yang signifikan terhadap aktivitas manusia. Perubahan temperatur bumi dapat mengubah kondisi lingkungan yang pada tahap selanjutkan akan berdampak pada tempat dimana kita dapat hidup, apa tumbuhan yang kita makan dapat tumbuh, bagaimana dan dimana kita dapat menanam bahan makanan, dan organisme apa yang dapat mengancam. Ini artinya bahwa pemanasan global akan mengancam kehidupan manusia secara menyeluruh.




B. PENYEBAB
Ada 3 penyebab utama terjadinya perubahan iklim.

1. Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain:
a. Karbon dioksida. Karbon dioksida masuk ke atmosfer melalui pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas alam, dan batu bara), sampah padat, pohon-pohon, dan produk-produk kayu, dan juda merupakan hasil dari reaksi kimia lainnya (seperti industri semen). Karbon dioksida juga dapat lepas dari atmosfer (atau mengalami sequestrasi) pada saat diserap oleh tumbuhan sebagai bagian dari siklus karbon biologis.
b. Metana (CH4). Metana diemisikan selama produksi dan pengangkutan batubara, gas dan minyak alam. Emisi metana juga merupakan hasil dari peternakan dan kegiatan pertanian lainnya dan oleh pembusukan sampah organik di pembuangan sampah padat skala besar (kota).
c. Nitrat oksida (N20). Nitrat oksida diemisikan selama berlangsung aktivitas pertanian dan industri, dan juga selama kombusi bahan bakar dan sampah padat.
d. Flourinated gas. Hidroflorokarbon, perflorokarbon dan sulful heksaflorida adalah gas-gas rumah kaca yang sangat kuat yang sintetis, yang diemisikan dari sejumlah proses-proses industri. Terkadang kelompok gas ini digunakan untuk sunstitusi ozone-depleting substances (seperti CFCs, HCFCs, dan halons). Gas-gas ini secara tipikal diemisikan dalam kuantitas yang lebih kecil, tetapi karena gas-gas tersebut merupakan gas-gas rumah kaca yang kuat, dan terkadang disebut sebagai High Global Warming Potential Gases (High GWP gases).
Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F)dari temperaturnya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.








2. Efek umpan balik
Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.












3. Variasi Matahari
Variasi Matahari terjadi selama 30 tahun terakhir. Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat “keterangan” dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat “keterangannya” selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.
C. DAMPAK DAN PENGARUH
Perubahan iklim merupakan sesuatu yang sulit untuk dihindari dan memberikan dampak terhadap berbagai segi kehidupan. Dampak ekstrem dari perubahan iklim terutama adalah terjadinya kenaikan temperatur serta pergeseran musim. Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai.
1. Dampak Perubahan Iklim Regional
Pola musim mulai tidak beraturan sejak 1991 yang mengganggu swasembada pangan nasional hingga kini tergantung import pangan. Pada musim kemarau cenderung kering dengan trend hujan makin turun salah satu dampak kebakaran lahan dan hutan sering terjadi. Meningkatnya muka air danau khususnya danau Toba makin susut dan mungkin danau/waduk lain di Indonesia, konsentrasi es di Puncak Jayawija Papua semakin berkurang dan munculnya kondisi cuaca ekstrim yang sering yang menimbulkan bencana banjir bandang dan tanah longsor di beberapa lokasi dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa kajian dari IPCC 4AR yang menyinggung Indonesia secara spesifik antara lain : Meningkatnya hujan di kawasan utara dan menurunnya hujan di selatan (khatulistiwa). Kebakaran hutan dan lahan yang peluangnya akan makin besar dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas El-Nino. Delta Sungai Mahakam masuk ke dalam peta kawasan pantai yang rentan. (Murdiyarso, 2007).

2. Dampak perubahan iklim terhadap pertanian
Diperkirakan produktivitas pertanian di daerah tropis akan mengalami penurunan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global antara 1-2o C sehingga meningkatkan risiko bencana kelaparan. Meningkatnya frekuensi kekeringan dan banjir diperkirakan akan memberikan dampak negatif pada produksi lokal, terutama pada sektor penyediaan pangan di daerah subtropis dan tropis. Terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang sehingga menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan. Terjadinya pergeseran musim dan perubahan pola hujan, akibatnya Indonesia harus mengimpor beras. Pada tahun 1991, Indonesia mengimpor sebesar 600 ribu ton beras dan tahun 1994 jumlah beras yang diimpor lebih dari satu juta ton (KLH, 1998). Adaptasi bisa dilakukan dengan menciptakan bibit unggul atau mengubah waktu tanam. Peningkatan suhu regional juga akan memberikan dampak negatif kepada penyebaran dan reproduksi ikan.

3. Dampak Perubahan iklim terhadap kenaikan Muka Air Laut.
Naiknya permukaan laut akan menggenangi wilayah pesisir sehingga akan menghancurkan tambak-tambak ikan dan udang di Jawa, Aceh, Kalimantan dan Sulawesi (UNDP, 2007). akibat pemanasan global pada tahun 2050 akan mendegradasi 98 persen terumbu karang dan 50% biota laut. Gejala ini sebetulnya sudah terjadi di kawasan Delta Mahakam Kalimantan Timur, apabila suhu air laut naik 1,50C setiap tahunnya sampai 2050 akan memusnahkan 98% terumbu karang. di Indonesia kita tak akan lagi menikmati lobster, cumi-cumi dan rajungan. Di Maluku, nelayan amat sulit memperkirakan waktu dan lokasi yang sesuai untuk menangkap ikan karena pola iklim yang berubah.
Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini membawa banyak perubahan bagi kehidupan di bawah laut, seperti pemutihan terumbu karang dan punahnya berbagai jenis ikan. Sehingga akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai. Kenaikan muka air laut juga akan merusak ekosistem hutan bakau, serta merubah sifat biofisik dan biokimia di zona pesisir.

4. Dampak perubahan iklim terhadap kesehatan.
Frequensi timbulnya penyakit seperti malaria dan demam berdarah meningkat. Penduduk dengan kapasitas beradaptasi rendah akan semakin rentan terhadap diare, gizi buruk, serta berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui berbagai serangga dan hewan. ”Pemanasan global” juga memicu meningkatnya kasus penyakit tropis seperti malaria dan demam berdarah. Penduduk dengan kapasitas beradaptasi rendah akan semakin rentan terhadap diare, gizi buruk, serta berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui berbagai serangga dan hewan. Faktor iklim berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit tular vektor seperti demam berdarah dengue (DBD) dan malaria. Semakin tinggi curah hujan, kasus DBD akan meningkat. suhu berhubungan negatif dengan kasus DBD, karena itu peningkatan suhu udara per minggu akan menurunkan kasus DBD. Penderita alergi dan asma akan meningkat secara signifikan. Gelombang panas yang melanda Eropa tahun 2005 meningkatkan angka "heat stroke" (serangan panas kuat) yang mematikan, infeksi salmonela, dan "hay fever" (demam akibat alergi rumput kering).

5. Dampak perubahan iklim terhadap sumber daya air.
Pada pertengahan abad ini, rata-rata aliran air sungai dan ketersediaan air di daerah subpolar serta daerah tropis basah diperkirakan akan meningkat sebanyak 10-40%. Sementara di daerah subtropis dan daerah tropis yang kering, air akan berkurang sebanyak 10-30% sehingga daerah-daerah yang sekarang sering mengalami kekeringan akan semakin parah kondisinya.

6. Dampak perubahan iklim terhadap Ekosistem
Kemungkinan punahnya 20-30% spesies tanaman dan hewan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global sebesar 1,5-2,5oC. Meningkatnya tingkat keasaman laut karena bertambahnya Karbondioksida di atmosfer diperkirakan akan membawa dampak negatif pada organisme-organisme laut seperti terumbu karang serta spesies-spesies yang hidupnya bergantung pada organisme tersebut. Dampak lainnya yaitu hilangnya berbagai jenis flaura dan fauna khususnya di Indonesia yang memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang seluas 30% atau sebanyak 90-95% karang mati di Kepulauan Seribu akibat naiknya suhu air laut. (Sumber World Wild Fund (WWF) Indonesia)

7. Dampak perubahan iklim Sektor Lingkungan
Dampak perubahan iklim akan diperparah oleh masalah lingkungan, kependudukan, dan kemiskinan. Karena lingkungan rusak, alam akan lebih rapuh terhadap perubahan iklim. Dampak terhadap penataan ruang dapat terjadi antara lain apabila penyimpangan iklim berupa curah hujan yang cukup tinggi, memicu terjadinya gerakan tanah (longsor) yang berpotensi menimbulkan bencana alam, berupa : banjir dan tanah longsor. Dengan kata lain daerah rawan bencana menjadi perhatian perencanaan dalam mengalokasikan pemanfaatan ruang.

8. Dampak perubahan iklim pada Sektor Ekonomi
Semua dampak yang terjadi pada setiap sektor tersebut diatas pastilah secara langsung akan memberikan dampak terhadap perekonomian Indonesia akibat kerugian ekonomi yang harus ditanggung.
9. Dampak perubahan iklim pada pemukim perkotaan
Kenaikan muka air laut antara 8 hingga 30 centimeter juga akan berdampak parah pada kota-kota pesisir seperti Jakarta dan Surabaya yang akan makin rentan terhadap banjir dan limpasan badai. Masalah ini sudah menjadi makin parah di Jakarta karena bersamaan dengan kenaikan muka air laut, permukaan tanah turun: pendirian bangunan bertingkat dan meningkatnya pengurasan air tanah telah menyebabkan tanah turun.Namun Jakarta memang sudah secara rutin dilanda banjir besar:p ada awal Februari,2007,banjir di Jakarta menewaskan 57 orang dan memaksa 422.300 meninggalkan rumah, yang 1.500 buah di antaranya rusak atau hanyut.Total kerugian ditaksir sekitar 695 juta dolar.
Suatu penelitian memperkirakan bahwa paduan kenaikan muka air laut setinggi 0,5 meter dan turunnya tanah yang terus berlanjut dapat menyebabkan enam lokasi terendam secara permanen dengan total populasi sekitar 270,000 jiwa, yakni: tiga di Jakarta – Kosambi, Penjaringan dan Cilincing; dan tiga di Bekasi – Muaragembong, Babelan dan Tarumajaya.Banyak wilayah lain di negeri ini juga akhir-akhir ini baru dilanda bencana banjir. Banjir besar di Aceh, misalnya, di penghujung tahun 2006 menewaskan 96 orang dan membuat mengungsi 110,000 orang yang kehilangan sumber penghidupan dan harta benda mereka. Pada tahun 2007 di Sinjai, Sulawesi Selatan banjir yang berlangsung berhari-hari telah merusak jalan dan memutus jembatan, serta mengucilkan 200.000 penduduk. Selanjutnya masih pada tahun itu,banjir dan longsor yang melanda Morowali, Sulawesi Utara memaksa 3.000 orang mengungsi ke tenda-tenda dan barak-barak darurat.
D. SOLUSI
Solusi yang tepat untuk menghadapi pemanasan global serta perubahan iklim global ini dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu solusi yang berupa adaptasi dan solusi yang berupa migitasi.
Adaptasi artinya penyesuaian diri. Kedua istilah ini menjadi penting karena menyangkut strategi menghadapi perubahan alam. Melalui mitigasi, usaha yang dapat dilakukan adalah mengurangi sebab pemanasan global dari sumbernya. Gunanya agar laju pemanasan itu melambat. Dan pada saat bersamaan, dapat dilakukan persiapan diri untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada. Sehingga diharapkan akan ditemukan suatu titik temu yang menjamin kelangsungan hidup manusia.
Dalam skala kecil, mitigasi bisa berupa gerakan cinta lingkungan seperti pengelolaan sampah, bike to work, mengurangi penggunaan plastik, menggunakan AC yang non CFC, hemat energi dan lain sebagainya. Sedangkan beradaptasi dapat dilakukan dengan melakukan penataan lansekap lingkungan, penghijauan, menjaga daerah resapan, re-use, recycling dan lain-lain.
Beradaptasi terhadap perubahan iklim merupakan prioritas mendesak bagi Indonesia. Seluruh kementerian dalam pemerintahan dan perencanaan nasional perlu mempertimbangkan perubahan iklim dalam program-program mereka – berkenaan dengan beragam persoalan seperti pengentasan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat, keamanan pangan, pengelolaan bencana, pengendalian penyakit, dan perencanaan tata kota. Namun ini bukan merupakan tugas pemerintah pusat belaka, tetapi harus menjadi upaya nasional yang melibatkan pemerintah daerah, masyarakat umum, dan semua organisasi nonpemerintah, serta pihak swasta.
Di tahun-tahun belakangan ini masyarakat dunia semakin meresahkan efek pemanasan global dan di awal tahun 1990an telah mengonsep United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC), yang diberlakukan pada 1994. Di dalam kerangka ini mereka mengajukan dua strategi utama: mitigasi dan adaptasi (Boks 5). Mitigasi meliputi pencarian cara-cara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca atau menahannya, atau menyerapnya ke hutan atau penyerapan karbon lainnya. Sementara itu adaptasi,mencakup cara-cara menghadapi perubahan iklim dengan melakukan penyesuaian yang tepat bertindak untuk mengurangi berbagai pengaruh negatifnya, atau memanfaatkan efek-efek positifnya.
Kenaikan muka air laut yang dapat menggenangi ratusan pulau dan menenggelamkan batas wilayah negara Indonesia. Musim tanam dan panen yang tidak menentu diselingi oleh kemarau panjang yang menyengsarakan. Banjir melanda sebagian besar jalan raya di berbagai kota besar di pesisir. Air laut menyusup ke delta sungai, menghancurkan sumber nafkah pengusaha ikan. Anak-anak menderita kurang gizi akut. Itu bukan berita perubahan iklim kita yang biasa. Umumnya berita perubahan iklim di Indonesia berkisar pada soal penggundulan hutan secara besar-besaran, kebakaran hutan, kerusakan lahan rawa, serta hilangnya serapan karbondioksida yang menempatkan Indonesia sebagai penyumbang utama pemanasan global. Semua itu memang terjadi, tetapi itu baru merupakan separuh cerita. Seperti yang akan diungkap laporan ini, bangsa Indonesia juga akan menjadi korban utama perubahan iklim - dan bila kita tidak segera belajar beradaptasi dengan lingkungan yang baru ini, jutaan rakyat akan menanggung akibat buruknya. Perubahan iklim mengancam berbagai upaya Indonesia untuk memerangi kemiskinan. Dampaknya dapat memperparah berbagai risiko dan kerentanan yang dihadapi oleh rakyat miskin, serta menambah beban persoalan yang sudah di luar kemampuan mereka untuk menghadapinya. Dengan demikian, perubahan iklim menghambat upaya orang miskin untuk membangun kehidupan yang lebih baik bagi diri sendiri dan keluarga mereka.
Apa yang dapat kita lakukan terhadap semua ini? Sejauh ini,perhatian terhadap perubahan iklim terutama difokuskan pada mitigasi dan utamanya pada upaya-upaya untuk menurunkan karbon dioksida. Semua tindakan ini penting, tetapi bagi masyarakat termiskin, yang hanya punya andil kecil saja terhadap emisi gas tersebut, prioritas yang paling mendesak adalah menemukan berbagai cara untuk mengatasi kondisi lingkungan hidup yang baru ini beradaptasi. Meski mereka tidak menyebutnya dengan istilah adaptasi, banyak yang telah berpengalaman dalam adaptasi ini. Orang-orang yang tinggal di daerah yang rawan banjir, misalnya, sejak dulu sudah membangun rumah panggung. Para petani di wilayah yang sering mengalami kemarau panjang sudah belajar untuk melakukan diversifikasi pada sumber pendapatan mereka, misalnya dengan menanam tanaman pangan yang lebih tahan kekeringan dan dengan mengoptimalkan penggunaan air yang sulit didapat, atau bahkan berimigrasi sementara untuk mencari kerja di tempat lain. Yang masih perlu dilakukan sekarang ini adalah mengevaluasi dan membangun di atas kearifan tradisional yang sudah ada itu untuk membantu rakyat melindungi dan mengurangi kerentanan sumber-sumber nafkah mereka.

Tabel Solusi Penanganan Perubahan Iklim di Tiap Sektor
Sektor Dampak Adaptasi
Pengairan Kendala suplai irigasi dan air minum, dan peningkatan salinitas
Intrusi air asin ke daratan dan aquifer pantai Perencanaan, pembagian air, komersialisasi
Suplai air alternatif, mundur
Ekosistem Darat Peningkatan salinitas di lahan pertanian dan aliran air
Kepunahan Keanekaragaman Hayati
Peningkatan resiko kebakaran
Invasi Gulma Perubahan praktek penggunaan lahan
Pengelolaan Pertamanan
Pengelolaan lahan, Perlindungan thd. Kebakaran
Pengelolaan Pertamanan
Ekosistem Air Salinisasi lahan sawah di wil. Pantai
Perubahan ekosistem sungai dan sawah
Eutropikasi Intervensi fisik
Perubahan alokasi air
Perubahan alokasi air, mengurangi aliran masuk hara
Ekosystem Pantai Perusakan terumbukarang
Limbah beracun Penyemaian terumbukarang
Pertanian dan kehutanan Penurunan produktivitas, resiko banjir dan kekeringan, resiko kebakaran hutan
Perubahan pada pasar global
Peningkatan serangan hama dan penyakit
Peningkatan produksi oleh peningkatan CO2 diikuti dengan penurunan produksi oleh perubahan iklim Perubahan pengelolaan dan kebijakan, perlindungan terhadap kebakaran dan peramalan musim
Pemasaran, perencanaan , dan perdagangan Karbon.
Pengendalian terpadu, penyemprotan
Merubah teknik usaha tani dan industri
Hortikultur Dampak campuran + dan tergantung spesies dan lokasi Relokasi
Perikanan Perubahan tangkapan Monitoring, pengelolaan
Perumahan, industri Peningkatan dampak banjir, badai dan kenaikan muka air laut Pewilayahan, perencanaan bencana
Kesehatan Ekspansi dan perluasan vektor penyakit
Peningkatan polusi fotokimia udara Karantina, eradikasi atau pengendalian
Pengendalian emisi



II. KEMISKINAN

A. PENGERTIAN KEMISKINAN
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan , pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Pengertian kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua. Yaitu kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut. Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang diukur dari bagaimana pendapatannya jika dibandingkan dengan pendapatan rata-rata orang-orang di sekelilingnya. Sedangkan kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang diukur dari kebutuhan hidup minimal.
Orang disebut miskin apabila dia tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup minimal. Kebutuhan hidup minimal itu adalah kebutuhan untuk mengkonsumsi makanan dalam takaran 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan minimal non makanan seperti perumahan, pendidikan, kesehatan dan transportasi. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang "miskin". Dokumen ini memandang kemiskinan sebagai masalah multidimensi. Kemiskinan bukan hanya diukur dari pendapatan, tetapi juga mencakup kerentanan dan kerawanan orang atau sekelompok orang baik laki-laki maupun perempuan untuk menjadi miskin, dan keterbatasan akses masyarakat miskin dalam penentuan kebijakan publik yang berdampak pada kehidupan mereka. Oleh sebab itu, pemecahan masalah kemiskinan tidak lagi dapat dilakukan oleh pemerintah sendiri melalui berbagai kebijakan sektoral yang terpusat, seragam dan berjangka pendek. pemecahan masalah kemiskinan perlu didasarkan pada pemahaman suara masyarakat miskin itu sendiri dan adanya penghormatan, perlindungan dan pemenuhan terhadap hak-hak dasar mereka, yaitu hak sosial, budaya, ekonomi dan politik.



B. PENYEBAB KEMISKINAN
Dalam kehidupan sehari-sehari kemiskinan banyak dihubungkan dengan hal-hal berikut:
1. penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
2. penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga. Kelemahan dari bangsa kita adalah dalam pendidikan, bangsa kita yang rata2 pandai namun dalam pendidikan hanya diajari pelajaran secara satu arah atau proses belajar/mengajar (Robotik). Dalam pendidikan kita tidak pernah dilatih untuk berani mengemukakan gagasan, berani bertanggung jawab, berani salah/benar, berani menang/kalah dan keberanian2 lain yang harus dilatih sejak dini (kecil), sehingga hasil pendidikan sekolah kita hanya lulus sebagai anak sekolah yang belajar tapi tidak terdidik, atau dalam bahasa asing, Scholer but uneducated.
Hasil sekolah ini membuat bingung para lulusan SMA atau Sarjana karena ketika mereka menjadi makhluk sosial yang dituntut tanggung jawab mereka tidak mampu.
Yang sedikit lebih beruntung adalah orang2 yang memiliki kelebihan serta aktif/kreatif, sekolah di luar negeri, punya koneksi, tapi tetap saja dasar pola pikirnya tidak memiliki tanggung jawab, terhadap Tuhan, Lingkungan, Bangsa/Negara yg akhirnya menghasilkan koruptor2 yang sulit dibrantas, karena sudah berjamaah dan mendarah daging. Sistim pendidikan sampai saat ini pun belum disadari meskipun sangat sederhana kekurangnya, yaitu: BERLATIH BERTANGGUNG JAWAB. karena hal ini adalah dasar hidup manusia yang harus dimiliki.
3. penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
4. penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
5. penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Sedangkan menurut Dokumen SNPK (Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan), penyebab kemiskinan dapat digolongkan menjadi sebagai berikut:
1. Aspek pemenuhan hak dasar,
a. Terbatasnya Kecukupan dan Mutu Pangan
Pemenuhan kebutuhan pangan yang layak dan memenuhi persyaratan gizi masih menjadi masalah bagi masyarakat miskin. Terbatasnya kecukupan dan kelayakan mutu pangan berkaitan dengan rendahnya daya beli, ketersediaan pangan yang tidak merata, ketergantungan tinggi terhadap beras dan terbatasnya diversifikasi pangan. Di sisi lain, masalah yang dihadapi oleh petani penghasil pangan adalah terbatasnya dukungan produksi pangan, tata niaga yang tidak efisien, rendahnya penerimaan usaha tani pangan dan maraknya penyelundupan. Masalah kecukupan pangan juga dialami oleh petani penghasil pangan termasuk petani padi. Penyebab utamanya adalah fluktuasi harga yang terjadi pada saat musim panen dan musim paceklik yang tidak menguntungkan mereka. Impor beras yang dilakukan untuk menutup kebutuhan beras dan
menjaga stabilitas harga seringkali tidak tepat waktu sehingga merugikan petani penghasil beras. Selain itu, penyelundupan beras juga menyebabkan kerugian bagi petani penghasil. Berbagai kasus busung lapar dan kurang gizi pada anak, balita dan ibu, menggambarkan bahwa pemenuhan kecukupan pangan dan gizi di Indonesia masih harus diperbaiki. Masalah tersebut terjadi karena rendahnya kemampuan ekonomi dan kurangnya pemahaman masyarakat miskin terhadap konsumsi makanan dengan gizi yang berimbang, serta kurangnya peran pemerintah dalam penanggulangan kasus kerawanan pangan dan kasus kurang gizi yang terjadi di masyarakat.

b. Terbatasnya Akses dan Rendahnya Mutu Layanan Kesehatan
Masyarakat miskin menghadapi masalah keterbatasan akses layanan kesehatan dan rendahnya status kesehatan yang berdampak pada rendahnya daya tahan mereka untuk bekerja dan mencari nafkah, terbatasnya kemampuan anak dari keluarga untuk tumbuh dan berkembang, dan rendahnya derajat kesehatan ibu. Penyebab utama dari rendahnya derajat kesehatan masyarakat miskin selain kurangnya kecukupan pangan adalah keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar, kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, rendahnya pendapatan dan mahalnya biaya jasa kesehatan, serta kurangnya layanan kesehatan reproduksi.

c. Terbatasnya Akses dan Rendahnya Mutu Layanan Pendidikan
Masyarakat miskin mempunyai akses yang rendah terhadap pendidikan formal dan non formal. Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan, terbatasnya jumlah dan mutu prasarana dan sarana pendidikan, terbatasnya jumlah dan guru bermutu di daerah dan komunitas miskin, terbatasnya jumlah sekolah yang layak untuk proses belajar-mengajar, terbatasnya jumlah SLTP di daerah perdesaan, daerah terpencil dan kantong-kantong kemiskinan, serta terbatasnya jumlah, sebaran dan mutu program kesetaraan pendidikan dasar melalui pendidikan non formal. Tingginya biaya pendidikan menyebabkan akses masyarakat miskin terhadap pendidikan menjadi terbatas. Sesuai dengan ketentuan, biaya SPP untuk jenjang SD/MI telah secara resmi dihapuskan. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat tetap harus membayar berbagai iuran sekolah seperti pembelian buku, alat tulis, pakaian seragam, sepatu seragam, biaya transportasi, dan uang saku. Berbagai iuran tersebut menjadi penghambat bagi masyarakat miskin untuk menyekolahkan anaknya. Masalah lain yang dialami oleh siswa SD/MI terutama di daerah perdesaan adalah kekurangan kalori dan kekurangan gizi yang mengakibatkan rendahnya daya tahan belajar dan semangat belajar siswa. Dalam jangka panjang, hal ini berpengaruh terhadap kemungkinan anak untuk putus belajar, mengulang kelas dan tidak mau sekolah.

d. Terbatasnya Kesempatan Kerja dan Berusaha
Masyarakat miskin umumnya menghadapi terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, terbatasnya peluang untuk mengembangkan usaha, lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, dan perbedaan upah serta lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak dan pekerja perempuan seperti buruh migran perempuan dan pembantu rumahtangga. Keterbatasan modal, kurangnya keterampilan, dan pengetahuan, menyebabkan masyarakat miskin hanya memiliki sedikit pilihan pekerjaan yang layak dan peluang yang sempit untuk mengembangkan usaha. Terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia saat ini seringkali menyebabkan mereka terpaksa melakukan pekerjaan yang beresiko tinggi dengan imbalan yang kurang memadai dan tidak ada
kepastian akan keberlanjutannya. Kesulitan ekonomi yang dihadapi keluarga miskin seringkali memaksa anak dan perempuan untuk bekerja. Pekerja perempuan, khususnya buruh migrant perempuan dan pembantu rumahtangga dan pekerja anak menghadapi resiko sangat tinggi untuk dieksplotasi secara berlebihan, serta tidak menerima gaji atau digaji sangat murah, dan bahkan seringkali diperlakukan secara tidak manusiawi. Oleh karena itu, pekerja perempuan dan anak memerlukan perlindungan kerja yang lebih dan khusus, karena lebih rentan untuk mengalami pelanggaran hak dan eksploitasi secara berlebihan.

e. Terbatasnya Akses Layanan Perumahan
Tempat tinggal yang sehat dan layak merupakan kebutuhan yang masih sulit dijangkau oleh masyarakat miskin. Dalam berbagai diskusi dengan masyarakat, kondisi perumahan merupakan ciri utama yang paling sering dipakai dalam mengenali penduduk miskin, dan gejala ini menunjukkan adanya ketimpangan dalam pemenuhan hak atas permukiman yang layak. Secara umum, masalah utama yang dihadapi masyarakat miskin adalah terbatasnya akses terhadap perumahan yang sehat dan layak, rendahnya mutu lingkungan permukiman dan lemahnya perlindungan atas pemilikan perumahan. Masalah perumahan yang dihadapi oleh masyarakat miskin di perkotaan berbeda dengan masyarakat miskin yang berada di perdesaan. Di perkotaan, keluarga miskin sebagian besar tinggal di perkampungan yang berada di balik gedung-gedung pertokoan dan perkantoran, dalam petak-petak kecil, saling berhimpit, tidak sehat dan seringkali dalam satu rumah ditinggali lebih dari satu keluarga. Keluarga miskin di perkotaan juga sering dijumpai tinggal di pinggiran rel, di bawah jembatan tol dan di atas tanah yang diterlantarkan. Mereka sering tidak mempunyai kartu tanda penduduk (KTP) dan dianggap sebagai penyandang masalah sosial yang setiap saat bisa digusur dan dipindahkan karena menempati tanah yang bermasalah. Dalam hal ini, tidak terpenuhinya hak atas permukiman cenderung membatasi akses mereka untuk mendapat pelayanan umum lainnya, seperti akses kredit atau pekerjaan formal yang memerlukan bukti kepemilikan KTP.

f. Terbatasnya Akses terhadap Air Bersih dan Aman, serta Sanitasi
Air bersih dan aman merupakan salah satu kebutuhan pokok untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat. Air bersih didefinisikan sebagai air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air bersih disini termasuk air minum dan air minum non perpipaan (sumur dalam, sumur dangkal, sungai, danau dan small scale provider). Masyarakat miskin seringkali menghadapi kesulitan untuk mendapatkan air bersih dan aman. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya penyediaan air, belum terjangkau oleh jaringan distribusi, menurunnya mutu sumber air, serta kurangnya kesadaran akan pentingnya air bersih dan sanitasi untuk kesehatan.

g. Lemahnya Kepastian Kepemilikan dan Penguasaan Tanah
Masyarakat miskin menghadapi masalah ketimpangan struktur penguasaan dan pemilikan tanah, serta ketidakpastian dalam penguasaan dan pemilikan lahan pertanian. Masalah tersebut sangat dirasakan oleh petani penggarap yang sering tidak mampu memenuhi kebutuhan subsisten.
Masalah pertanahan ditunjukkan oleh semakin sering dan meluasnya sengketa agraria. Sengketa agraria di beberapa daerah terutama di Jawa dan Sumatera sering dilatarbelakangi oleh konflik agraria yang terjadi pada masa kolonial dan hingga kini tidak terselesaikan berdasarkan nilai dan rasa keadilan masyarakat. Konflik semacam itu terus menguat sebagai sengketa pertanahan yang terjadi di atas lahan perkebunan dan kawasan hutan. Konflik agraria juga terjadi sebagai dampak dari kebijakan pertanahan masa lalu yang ekspansif dalam luasan lahan dan modal untuk memfasilitasi kebijakan pembangunan. Kebijakan itu menunjukkan pemihakan pada pemilik lahan luas hingga akhirnya memperkuat ketimpangan struktur penguasaan dan pemilikan tanah dan mempengaruhi kondisi kemiskinan di perdesaan dan masyarakat petani penggarap.

h. Memburuknya Kondisi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
Masyarakat miskin sangat rentan terhadap perubahan pola pemanfaatan sumberdaya alam dan perubahan lingkungan. Masyarakat miskin yang tinggal di daerah perdesaan, daerah pinggiran hutan, kawasan pesisir, dan daerah pertambangan sangat tergantung pada sumberdaya alam sebagai sumber penghasilan. Sedangkan masyarakat miskin di perkotaan umumnya tinggal di lingkungan permukiman yang buruk dan tidak sehat, misalnya di daerah rawan banjir dan daerah yang tercemar. Kenyataan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup mendasar antara hak atas lingkungan hidup dengan hak atas sumberdaya alam. Hak atas lingkungan hidup yang sehat dan bersih bersifat universal dan untuk semua orang tanpa membedakan baik status sosial ekonomi maupun letak geografis wilayah. Selain itu, aspek lingkungan hidup memuat unsur “kewajiban” bagi semua orang untuk turut menjaga dan melestarikannya. Sementara hak atas sumberdaya alam terkait dengan akses dan keadilan dalam pemanfaatan, sehingga relevan bagi upaya penanggulangan kemiskinan.

i. Lemahnya Jaminan Rasa Aman
Masyarakat miskin seringkali menghadapi berbagai tindak kekerasan yang menyebabkan tidak terjaminnya rasa aman. Tindak kekerasan tersebut disebabkan oleh konflik sosial, ancaman terorisme, dan ancaman non kekerasan antara lain perdagangan perempuan dan anak (trafficking), krisis ekonomi, penyebaran penyakit menular, dan peredaran obat-obat terlarang. Berbagai tindak kekerasan dan non kekerasan tersebut mengancam rasa aman dan menyebabkan hilangnya akses masyarakat terhadap hak-hak sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Dalam lima tahun terakhir, konflik yang terjadi di berbagai daerah seperti di Aceh, Poso, dan Ambon berdampak langsung pada merosotnya taraf hidup masyarakat miskin dan munculnya masyarakat miskin baru. Data yang dihimpun UNSFIR menggambarkan bahwa dalam waktu 3 tahun (1997–2000) telah terjadi 3.600 konflik dengan korban 10.700 orang, dan lebih dari 1 juta jiwa menjadi pengungsi. Meskipun jumlah pengungsi cenderung menurun, tetapi pada tahun 2001 diperkirakan masih ada lebih dari 850.000 pengungsi di berbagai daerah konflik.
Masalah keamanan ini juga menyangkut keamanan terhadap bencana. Misalkan saja, bencana alam gempa bumi dan Tsunami yang terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara pada akhir Desember 2004, serta bencana alam yang terjadi di berbagai daerah menambah beban penduduk miskin, dan meningkatkan jumlah penduduk miskin sekitar 1 juta jiwa.

2. Lemahnya Penanganan Masalah Kependudukan
Beban masyarakat miskin semakin berat akibat besarnya tanggungan keluarga dan adanya tekanan hidup yang mendorong terjadinya migrasi. Menurut data BPS, rumahtangga miskin mempunyai rata-rata anggota keluarga lebih besar daripada rumahtangga tidak miskin. Rumahtangga miskin di perkotaan rata-rata mempunyai anggota 5,1 orang, sedangkan rata-rata anggota rumahtangga miskin di perdesaan adalah 4,8 orang. Dengan beratnya beban rumahtangga, peluang anak dari keluarga miskin untuk melanjutkan pendidikan menjadi terhambat dan seringkali mereka harus bekerja untuk membantu membiayai kebutuhan keluarga. Oleh karena itu, rumahtangga miskin harus menanggung beban yang lebih besar. Pengaturan jumlah anak sangat ditentukan oleh akses terhadap alat keluarga berencana (KB), pengetahuan terhadap pilihan cara mengatur kehamilan secara aman dan kesehatan reproduksi. Meskipun cakupan kepesertaan KB aktif mengalami peningkatan dari 64% di tahun 1998 menjadi 70% di tahun 2001, tetapi banyak masyarakat miskin mengeluhkan keterbatasan akses terhadap alat KB, khususnya alat KB yang dulu disediakan secara gratis sekarang harus dibeli dan harganya semakin mahal. Kenaikan harga alat KB menyebabkan penggunaan alat KB secara tidak teratur dan terjadinya kehamilan di luar rencana. Di samping itu, penyuluhan mengenai pengaturan kehamilan dan kesehatan reproduksi bagi masyarakat miskin cenderung makin tidak memadai, padahal pemahaman perempuan dan laki-laki miskin masih sangat rendah. Masyarakat miskin di perdesaan seringkali terpaksa pindah ke kota dengan harapan akan mendapat kesempatan kerja untuk memperoleh pendapatan. Akibat langsung dari migrasi dari desa ke kota adalah meningkatnya beban kota dalam menyediakan fasilitas layanan publik dan lapangan kerja, dan meningkatnya permukiman di bantaran sungai, pinggiran rel, kolong jembatan dan lahan kosong lainnya. Kondisi kehidupan yang kurang layak di perkotaan diperparah dengan besarnya beban tanggungan keluarga.

3. Ketidaksetaraan dan Ketidakadilan Gender
Sumber dari permasalahan kemiskinan perempuan terletak pada budaya patriarki laki-laki sebagai superior dan perempuan sebagai subordinat. Budaya patriarki seperti ini tercermin baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, maupun bernegara, dan menjadi sumber pembenaran terhadap sistem distribusi kewenangan, sistem pengambilan keputusan, sistem pembagian kerja, sistem kepemilikan, dan sistem distribusi sumberdaya yang bias gender. Sistem pemerintahan yang hirarki, hegemoni dan patriarki telah meminggirkan perempuan secara sistematis melalui kebijakan, program dan lembaga yang tidak responsif gender. Data statistik yang menjadi basis pengambilan keputusan dalam penyusunan kebijakan dan program tidak mampu mengungkap dinamika kehidupan perempuan dan laki-laki. Data tersebut dikumpulkan secara terpusat tanpa memperhatikan kontekstualitas dan tidak mampu mengungkap perbedaan kondisi perempuan-laki-laki sehingga kebijakan, program, dan lembaga yang dirancang menjadi netral gender dan menimbulkan kesenjangan dan ketidakadilan gender dalam berbagai bidang kehidupan. Keadilan dan kesetaraan gender belum sepenuhnya dapat diwujudkan karena masih kuatnya pengaruh dari nilai-nilai sosial budaya yang patriarki, yaitu menempatkan perempuan dan laki-laki pada kedudukan dan peran yang berbeda dan tidak setara, sehingga terjadi diskriminasi terhadap perempuan.
Kurangnya perhatian terhadap perempuan, khususnya untuk kesehatan perempuan menyebabkan tingginya angka kematian ibu, tidak terprogramnya keluarga berencana dan hal-hal yang menyebabkan aborsi tidak aman, dan ketidakcukupan konsumsi nutrisi khususnya perempuan hamil dan menyusui.
Selain itu, pengiriman TKW yang sarat dengan penipuan, eksploitasi, pelecehan, kekerasan seksual, dan perdagangan terhadap perempuan, semakin memperlemah posisi perempuan.
4. Kesenjangan Antar daerah
Kesenjangan antardaerah merupakan fakta adanya perbedaan potensi sumberdaya, kondisi geografis dan ketidaktepatan orientasi kebijakan. Gambaran kesenjangan antardaerah ditunjukkan oleh distribusi persentase penduduk miskin, Indeks Kemiskinan Manusia (IKM), tingkat produksi dan kapasitas fiskal daerah. Berdasarkan distribusi penduduk miskin pada tahun 2004, dari 10 provinsi dengan persentase penduduk miskin tertinggi, sebanyak 7 provinsi berada di kawasan timur Indonesia, yaitu Irian Jaya Barat, Papua, Maluku, Gorontalo. NTT, NTB dan sulawesi Tenggara. Sedangkan di kawasan barat Indonesia meliputi Lampung, Bengkulu dan Nangroe Aceh Darrussalam. Pendekatan lain untuk melihat kondisi kesenjangan antardaerah, adalah Indeks Kemiskinan Manusia (IKM), yaitu indeks komposit dari beberapa variabel terpilih yang menunjukkan tingkat kemiskinan masyarakat berdasarkan dimensi kesehatan, pendidikan, dan pemenuhan kebutuhan sosial ekonomi. Berdasarkan data IKM pada tahun 2002, 8 dari 10 provinsi dengan IKM tertinggi berada di Kawasan Timur Indonesia, yaitu Provinsi Maluku Utara, NTT, NTB, Sulawesi tengah, Kalimantan Tengah, Papua, Gorontalo dan Kalimantan Barat. Sementara di Kawasan Barat Indonesia provinsi dengan IKM tinggi adalah provinsi Sumatera Selatan dan NAD. Kondisi IKM terbaik sebesar 13,2 berada di DKI Jakarta, sedangkan kondisi IKM terburuk sebesar 38,0 berada di Kalimantan Barat, selanjutnya Gorontalo sebesar 32,4 dan Papua sebesar 30,9.

5. Pelaksanaan kebijakan, pengelolaan anggaran dan penataan kelembagaan yang kurang mendukung.
Diagnosis kemiskinan juga menunjukkan faktor utama penyebab kemiskinan yang bersifat struktural, yaitu pelaksanaan kebijakan, pengelolaan anggaran dan penataan kelembagaan yang kurang mendukung penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin. Oleh sebab itu, penanggulangan kemiskinan perlu didukung dengan reorientasi kebijakan yang menekankan perubahan dalam perumusan kebijakan, pengelolaan anggaran dan penataan kelembagaan yang mengutamakan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat.


C. EVALUASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Upaya penanggulangan kemiskinan merupakan amanat konstitusi dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pemecahan masalah kemiskinan yang terus saja menghantui negara Indonesia ini memerlukan langkah-langkah khusus dan terpadu. Selama ini pemerintah sudah melakukan beberapa cara, antara lain:
a. BLT
BLT ( bantuan langsung tunai), merupakan suatu program dari pemerintah yang bertujuan untuk mengangkat perekonomian rakyat kurang mampu dengan cara memberikan uang tunai kepada rakyat miskin yang sudah terdaftar. Bantuan ini diberikan lewat kantor pos tiap 3 bulan sekali dengan nominal sebesar Rp 300.000,00 per keluarga. Bantuan ini dinilai tidak begitu efektif, karena bantuan ini menyebabkan rakyat terlalu menggantungkan diri terhadap pemerintah. Bantuan ini justru membentuk mental rakyat Indonesia seperti mental pengemis. Bahkan, sering kali BLT menimbulkan masalah baru seperti timbulnya korban jiwa saat pembagian BLT.
b. PNPM Mandiri
PNPM Mandiri adalah program yang diselenggarakan pemerintah dan diberikan kepada masyarakat sebagai modal untuk membangun modal usaha baru yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka masing-masing. Bantuan ini terutama diperuntukkan bagi para pengangguran, karyawan-karyawan yang baru saja di-PHK serta para nelayan dan petani yang membutuhkan modal untuk peningkatan mutu kerja mereka. Sebenarnya program ini dinilai lebih efektif. Namun, sayangnya sosialisasi yang kurang menyebabkan banyak masyarakat yang belum memanfaatkan program ini secara maksimal.
c. KUR (Kredit Usaha Rakyat)
Fasilitas pembiayaan yang dapat diakses oleh UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) dan koperasi terutama yang memiliki usaha yang layak namun belum bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan. UMK. Koperasi yang diharapkan dapat mengakses KUR adalah yang bergerak di sektor usaha produktif antara lain: pertanian, perikanan, dan kelautan, perindustrian, kehutanan dan jasa keuangan simpan-pinjam.
d. BOS (Bantuan Operasional Sekolah)
BOS adalah program yang diperuntukkan untuk membantu siswa-siswi yang kurang mampu dan ditujukan agar makin banyak anak Indonesia yang dapat menikmati pendidikan. Bantuan ini bisa berupa saluran buku-buku pelajaran atau beasiswa bagi anak berprestasi dan kurang mampu. Namun, dalam prakteknya masih saja timbul kasus korupsi, BOS bukannya diperuntukkan untuk pelajar yang kurang mampu tapi malah untuk pembangunan sekolah yang sebenarnya sudah layak digunakan atau malah disalahgunakan oleh oknum-oknum tertentu demi keuntungan mereka sendiri.
e. Sekolah Gratis
Program ini termasuk program yang masih baru, yang direalisasikan pertengahan tahun 2009. dengan program ini biaya masuk sekolah dan SPP tidak dikenakan lagi. Sekilas memang program ini menggiurkan dan benar-benar membantu rakyat miskin, tetapi realisasinya tidak sepenuhnya benar. Memang, uang masuk dan SPP bisa dibilang ”gratis” (untuk sekolah yang belum mendapat status RSBI atau SBI) tetapi ternyata pihak sekolah masih saja meminta uang dengan alasan untuk pembangunan sekolah. Meskipun gratis, para pelajar juga masih harus membayar untuk keperluan sekolah seperti buku paket, alat tulis dll.
f. JAMKESMAS
JAMKESMAS (jaminan kesehatan masyarakat) adalah program yang diselenggarakan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat miskin dengan cara memberikan kartu khusus untuk penduduk miskin agar bisa mendapatkan layanan kesehatan dengan biaya khusus.



D. HAL PENTING UNTUK MENGHADAPI KEMISKINAN
Meskipun sudah banyak sekali program yang diselenggarakan pemerintah untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan, tetapi program-program tersebut masih saja dianggap kurang memuaskan. Masih banyak kelemahan dari setiap program yang dijalankan. Berikut beberapa sumbangan pemikiran rakyat tentang bagaimana cara penanggulangan kemiskinan yang diharapkan oleh rakyat.
1. Menyelenggarakan program secara jelas dan tegas. Misalnya, mengenai diselenggarakannya sekolah gratis untuk sekolah-sekolah negeri. Meski sudah diselenggarakannya BOS, namun di dalamnya masih saja orang tua siswa diminta untuk membayar segala tetek bengeknya, ada yang bilang uang pembangunan atau sumbangan sukarela-lah. Semua uang-uang ini sama saja memeberatkan orang tua. Harusnya jika pemerintah memang menghendaki sekolah yang benar-benar gratis, maka tidak ada lagi yang namanya uang pembangunan yang justru memberatkan orang tua siswa.
2. Pemerintah harus membentuk mental Indonesia. Contohnya pemerintah Indonesia perlu memotivasi rakyatnya untuk tidak puas menjadi pegawai negeri tetapi harus menjadi seorang pengusaha yang dapat membentuk lapangan kerja bagi orang lain sehingga sehingga pengangguran dapat berkurang dan angka kemiskinan pun semakin menyusut.
3. Tingkatkan tindakan yang bersifat preventif dengan pendidikan. Hal ini mengingat banyaknya pengangguran karena kekurangan keterampilan dan pengetahuan. Dengan peningkatan kualitas pendidikan maka cara pandang rakyat miskin pun akan berubah dan diharapkan angka kemiskinan dapat berkurang.
4. Tidak hanya rencana-rencana yang kita butuhkan, tetapi juga realisasi yang sesuai dengan rencana. Sejauh ini rencana-rencana yang ada cukup baik tapi sayangnya kasus korupsi yang merajalela selalu saja menghancurkan rencana-rencana yang sudah ada.
5. sosialisasi menyangkut penanggulangan kemiskinan. Meskipun sudah banyak program yang dijalankan. Ternyata masih banyak rakyat yang mengerti tentang adanya program tersebut terlebih mengenai teknisnya. Jika proses sosialisasi ini tidak segera diperbaiki maka penanggulangan kemiskinan akan terus terhambat.
6. Kestabilan perekonomian Indonesia. Kondisi perekonomian yang belum labil akan sangat mempengaruhi kehidupan rakyat terutama rakyat miskin. Jika perekonomian masih labil sehingga harga-harga juga naik turun maka rakyat golongan menengah ke bawah akan sangat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan mereka.
7. Kestabilan keamanan dan politik di Indonesia. Ketidakstabilan politik dan keamanan terjadi beberapa saat yang lalu yaitu pada akhir tahun 2009. Dengan adanya isu politik Bibit-Candra, Bank Century atau Antasari yang lalu, politik Indonesia sedikit terguncang. Isu politik yang sangat besar tentunya akan mengganggu konsentrasi pemerintah untuk menekan angka kemiskinan sehingga masalah ini pun dapat memicu terganggunya kerja pemerintah bahkan malah dapat menghancurkan kondisi perekonomian yang sudah ada.



















III. PENGANGGURAN DI INDONESIA

A. PENGERTIAN ANGKATAN KERJA, TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA, DAN PENGANGGURAN
1. Tenaga Kerja (Manpower)
Dalam pembahasan kependudukan dan ketenagakerjaan, pengertian tenaga kerja (manpower) sesungguhnya merujuk pada penduduk usia 15 sampai dengan 64 tahun. Pengertian ini adalah sama dengan pengertian penduduk yang aktif secara ekonomi. Akan tetapi, yang lebih sering digunakan adalah penduduk dengan usia 15 tahun ke atas baik yang ada dalam angkatan kerja maupun yang tidak dalam angkatan kerja. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang menyatakan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat.

2. Angkatan Kerja (Labour Force)
Angkatan Kerja (Labour Force) adalah penduduk baik laki-laki maupun perempuan dalam usia produktif atau usia kerja yang berumur antara 15 sampai 64 tahun yang sedang bekerja atau mencari pekerjaan. Jadi angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja. Selisihnya yang masuk dalam kelompok bukan angkatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang masih sekolah, pengurus rumah tangga, dan lainnya seperti pensiunan, orang lumpuh total, dan yang tidak lagi mampu bekerja.
Angkatan kerja yang bekerja dapat dikelompokkan dalam:
a. Penduduk yang melakukan sesuatu pekerjaan dengan tujuan memperoleh pendapatan, yang lamanya bekerja paling sedikit satu jam selama seminggu sebelum pencacahan atau sensus.
b. Penduduk yang selama seminggu sebelum sensus tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari satu jam, mereka itu adalah:
1) Pekerja tetap, pegawai-pegawai pemerintah atau swasta yang sedang tidak masuk bekerja karena cuti, sakit, mogok, atau perusahaan menghentikan kegiatannya untuk sementara waktu.
2) Petani-petani yang mengusahakan tanah pertanian dan tidak bekerja karena menunggu panen atau menunggu musim tanam.
3) Orang-orang yang bekerja di bidang keahlian seperti dokter, tukang cukur, tukang pijat, dan lain-lain.
Sedangkan yang termasuk golongan penari pekerjaan adalah sebagia berikut.
a. Penduduk yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan
b. Penduduk yang pernah bekerja, tetapi pada saat pencacahan atau sensus menganggur dan berusaha mendapatkan pekerjaan
c. Penduduk yang dibebastugaskan dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan

3. Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan tenaga kerja (demand for labour), yaitu suatu kejadian yang menggambarkan tersedianya lapangan kerja yang siap diisi oleh para pencari kerja. Termasuk di dalamnya adalah lapangan kerja yang sudah diduduki dan yang masih lowong.
Permintaan tenaga kerja dapat dilakukan melalui pasar tenaga kerja. Pasar tenaga kerja merupakan keseluruhan aktivitas yang mempertemukan penawaran tenaga kerja (pencari kerja) dengan permintaan tenaga kerja (lowongan kerja). Permintaan tenaga kerja datang dari perusahaan atau unit-unit usaha.
Kurangnya kesempatan kerja merupakan salah satu masalah yang menjadi tanggung jawab berat bagi pemerintah. Jika hal ini dibiarkan terus menerus akan mempengaruhi perekonomian bangsa dan menghambat pelaksanaan pembangunan. Untuk itu, pemerintah banyak melakukan upaya untuk memperluas kesempatan kerja, antara lain dengan kebijakan seperti berikut.
a. Menciptakan lapangan kerja baru, misalnya dengan mendorong dibukanya perkebunan baru
b. Penyebaran penduduk dengan program transmigrasi
c. Menggalakkan program padat karya
d. Mendorong terciptanya usaha baru dari investasi asing
e. Meningkatkan kemajuan ekonomi
f. Memperbaiki pelayanan bagi yang akan bekerja di luar negri

Suatu masyarakat dikatakan makmur apabila konsumsinya tinggi. Konsumsi yang tinggi terjadi apabila daya beli masyarakat tinggi. Daya beli masyarakat terbentuk dari tinggi rendahnya pendapatan yang diterima masyarakat. Tinggi rendahnya pendapatan masyarakat tergantung pada banyak sedikitnya orang-orang yang bekerja. Banyak sedikitnya orang yang bekerja tentu dipengaruhi oleh banyak sedikitnya lapangan pekerjaan. Dari sini jelas bahwa tinggi rendah kesempatan kerja berpengaruh pada pendapatan yang diterima masyarakat.

4. Pengangguran
Seiring dengan pertumbuhan penduduk, angkatan kerja di Indonesia selalu bertambah setiap tahunnya. Sedangkan, lapangan pekerjaan masih sulit tersedia apalagi saat keadaan perekonomian belum pulih dari dampak krisis seperti saat ini. Jika ternyata lapangan pekerjaan yang tersedia tidak seimbang dengan jumlah penduduk yang mencari pekerjaan, maka akan terjadi pengangguran.
Pengangguran adalah orang-orang yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru, atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.

B. JENIS-JENIS PENGANGGURAN
1. Pengangguran menurut lama waktu bekerja
1. Pengangguran terbuka (Open Unemployment)
Terjadi jika angkatan kerja sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Penyebabnya adalah:
1) Belum mendapatkan pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal
2) Lapangan pekerjaan tidak tersedia atau tidak cocok dengan latar pendidikannya
3) Malas mencari pekerjaan atau malas bekerja

2. Setengah menganggur (Under Unemployment)
Adalah tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu. Disebut juga pengangguran musiman. Yang banyak terjadi pada petani. Para petani biasanya melakukan proses penyiapan alam/ lahan, penanaman, dan menganggur sambil menunggu musim panen.



3. Pengangguran terselubung (Disquised Unemployment)
Terjadi jika tenaga kerja tidak bekerja optimum sesuai dengan kemampuannya, atau tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan latar pendidikannya.
Contohnya:
1) Sebuah pabrik mempekerjakan 300 buruh, padahal pekerjaan tersebut mampu diselesaikan oleh 200 buruh saja. Maka 100 orang lainnya disebut juga dengan penganggur terselubung
2) Seseorang yang lulus dari kuliah dengan title sarjana ekonomi hanya bekerja sebagai buruh pabrik atau tukang kebun

2. Pengangguran menurut penyebabnya
1. Pengangguran struktural (Structural Unemployment)
Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi selalu diikuti oleh perubahan struktur dan corak kegiatan ekonomi. Perkembangan perekonomian dalam jangka panjang baisanya akan meningkatkan peran sektor industri besar dan menggusur peran industri kecil dan rumah tangga. Perubahan struktur dan kegiatan ekonomi sebagai akibat perkembangan ekonomi dapat mengakibatkan masalah pengangguran, terutama di sektor industri kecil. Pengangguran inilah yang dinamakan pengangguran struktural.
Pentebab terjadinya pengangguran structural ialah berkurangnya permintaan barang dan jasa. Contohnya berkurangnya permintaan pakaian di kalangan tukang jahit tradisional karena adanya industri garmen/konvrksi yang lebih modern dan telah punya merek terkenal. Konsumen lebih suka membeli pakaian yang siap pakai dan tidak lagi memesan ke tukang jahit. Hal ini menyebabkan tukang jahit tradisional menghadapi masalah permintaan dan akan lebih banyak menganggur daripada bekerja.
Sebab lain dari perubahan struktur ekonomi adalah semakin canggihnya teknik produksi. Hal ini menyebabkan suatu perusahaan mampu menaikkan produksi dengan menggunakan mesin untuk mengganti tenaga kerja. Jika perusahaan melakukan perubahan tersebut, sudah tentu akan mengurangi jumlah pekerja. Contohnya antara lain dapat dilihat dalam proses pembangunan jalan raya. Saat ini telah banyak digunakan mesin-mesin berat yang digunakan untuk meratakan, menggali, dan membersihkan tanah. Penggunaan mesin-mesin tentu saja akan mengurangi tenaga manusia dalam kegiatan pembangunan jalan raya.

2. Pengangguran Siklus ( Cyclical Unemployment )
Pengangguran siklus banyak berhubungan dengan perkembangan aktivitas perekonomian di suatu Negara. Perekonomian di suatu Negara sering mengalami perubahan, kadang naik dan bisa juga turun. Pada saat perekonomian Negara mengalami penurunan, maka permintaan barang dan jasa juga akan menurun. Hal ini pernah terjadi di Negara kita waktu krisis ekonomi pada tahun 1997 yang lalu. Pada waktu itu harga barang-barang melambung sangat tinggi sehingga daya beli masyarakat menurun drastis. Turunnya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa menyebabkan produsen menurunkan produksi dan bahkan ada yang menghentikan produksinya. Akibatnya, pengurangan tenaga kerja juga harus dikurangi dengan cara PHK ( Pemutusan hubungan kerja ). Mereka yang terkena PHK inilah yang termasuk pengangguran siklus.

3. Pengangguran Friksional ( Frictional Unemployment )
Apabila dalam suatu periode tertentu perekonomian terus menerus mengalami perkembangan yang pesat, maka jumlah dan tingkat penganggura juga akan semakin rendah. Pengangguran ini dinamakan pengangguran friksional. Pengangguran jenis ini bersifat sementara. Dan biasanya terjadi karena adanya kesenjangan antara pencari kerja dengan lowongan kerja yang tersedia. Kesenjangan ini dapat berupa kesenjangan waktu, informasi maupun jarak. Pengangguran friksional bukanlah wujud sebagai akibat ketidakmampuan memperoleh pekerjaan, melainkan sebagai akibat dari keinginan untuk mencari pekerjaan.

C. SEBAB-SEBAB PENGANGGURAN
Pengangguran tidak saja menjadi masalah bagi pribadi yang bersangkutan, tetapi juga bagi negara dan pemerintah. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya pengangguran, yaitu:

1. Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang Dengan Kesempatan Kerja
Ketidakseimbangan antara tenaga kerja dengan kesempatan kerja biasanya disebabkan oleh laju pertambahan penduduk yang besar, sedangkan lapangan pekerjaan yang tersedia hanya sedikit.

2. Pendidikan Dan Keterampilan Yang Rendah
Karena tuntutan jenis pekerjaan selalu bertambah+sesuai dengan perkembangan teknologi dan pengetahuanmaka banyak tenaga kerja yang tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan pekerjaan yang tersedia. Semakin tinggi dan rumitnya proses produksi atau teknologi yang digunakan mentut persyaratan pendidikan dan keterampilan tenaga kerja juga semakin tinggi.

3. Kemajuan Teknologi
Penggunaan teknologi seperti mesin-mesin modern den serba otomatis dapat mentingkirkan tenaga kerja manusia. Apalagi jika tenaga kerja tidak dibekali dengan pengetahuan dan kemampuan yang bisa mengimbangi dan beradaptasi dengan kemajuan teknologi.

4. Resesi Ekonomi
Terjadinya krisis ekonomi atau depresi ekonomi banyak menyebabkan terjadinya pemberhentian atau pemecatan tenaga kerja

5. Partisipasi Wanita Yang Meningkat
Adanya kecenderungan semakin meningkatnya partisipasi dan peranan wanita dalam angkatan kerja menyebabkan persaingan kerja yang semakin tinggi. Apabila lapangan kerja tidak bertambah, maka akan timbul pengangguran.

6. Pemanfaatan Tenaga Kerja Antar Daerah Tidak Seimbang
Hampir di tiap negara berkembang mengalami masalah terjadinya penumpukan tenaga kerja di perkotaan. Kondisi ini menuntut penciptaan lapangan kerja yang luas atau justru hanya menambah pengangguran.

D. DAMPAK PENGANGGURAN
Pengangguran memberi dampak negatif bagi orang yang bersangkutan dan masyarakat di sekitarnya. Tenaga kerja yang terus bertambah sedagkan kegiatan produktif tidak berkembang sehingga tidak dapat menyerap tenaga kerja. Berkurangnya kesempatan kerja menyebabkan kelesuan ekonomi dan menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat.


4. Penurunan Kesejahteraan Masyarakat
Apabila banyak masyarakat yang menganggur maka pendapatan yang diterima masyarakat juga akan turun. Akibatnya, mereka tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan hidupnya seperti pendidikan, perumahan, dan kesehatan. Hal tersebut menyebabkan standar kehidupan dan tingkat kesejahteraan menurun. Mereka tidak bisa disebut sebagai rakyat yang makmur.

5. Menganggu Stabilitas Ekonomi
Pengangguran akan menurunkan daya beli masyarakat sehingga permintaan dan penawaran barang-barang produksi menjadi berkurang.
a. Menurunnya permintaan agregat
Manusia harus bekerja untuk bertahan hidup. Sebab dengan bekerja ia akan memperoleh penghasilan yang digunakan untuk membeli barang dan jasa. Jika tingkat pengangguran tinggi maka daya beli masyarakat akan menurun, dan pada gilirannya menimbulkan penurunan permintaan agregat.
b. Menurunnya penawaran agregat
Bila dilihat dari peranan tenaga kerja sebagai factor produksi utama, tingginya pengangguran akan menurunkan penawaran agregat. Makin sedikit tenaga kerja yang digunakan, maka semakin sedikit pula barang dan jasa yang bisa dihasilkan. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan skalaproduksi dan akibat selanjutnya adalah kenaikan biaya produksi. Hal ini tentunya akan menurunkan penawaran agregat dari sektor produksi.

6. Terganggunya Stabilitas Social Politik
Masalah pengangguran bukan hanya merupakan masalah ekonomi, melainkan juga masalah sosial dan politik. Dampak social dari pengangguran selalu dirasakan oleh masyarakat sejak dahulu. Pengangguran yang tinggi akan meningkatkan kriminalitas baik berupa pencurian, perampokan, penipuan, maupun penyalahgunaan obat-obatan terlarang serta kegiatan-kegiatan ekonomi illegal lainnya.
Biaya social yang dikeluarkan untuk mengatasi masalah-masalah social ini sangat basar dan sulit diukur tingkat efisiensi dan efektivitasnya. Masyarakat harus menanggung biaya pengangguran melalui peningkatan tugas-tugas lembaga atau media yang berkaitan dengan perawat psikologis, peningkatan kualitas pengamanan wilayah dan peningkatan volume proses peradilan. Padahal sampai saat ini tindakan kriminalitas masih banyak menghantui kehidupan masyarakat.

7. Kemunduran Dan Penurunan Potensi Diri Manusia
Tenaga kerja yang menganggur berarti kemampuan dan keahliannya tidak dimanfaatkan dalam praktik. Karena tidak dimanfaatkan, produktifitas mereka akan menurun. Pendidikan, pelatihan, dan pengalaman mereka yang diperoleh dengan biaya yang tidak sedikit menjadi sis-sia. Mereka tidak lagi bisa mengelola dirinya sendiri dan tidakmampu menangkap peluang yang ada dengan cepat. Belum lagi jika mereka merasa patah semangat, merasa tidak berguna dan frustasi yang menumbuhkan sikap bodoh dan tidak mau peduli dengan masa depan. Pemerintah harus mengeluarkan biaya untuk menyediakan bimbingan dan konsultasi jiwa bagi mereka, dan ditambah lagi denganbiaya kerugian karena produktivitas mereka menurun
E. KEBIJAKAN UNTUK MENGURANGI PENGANGGURAN
Peranan pemerintah dalam masalah ketenagakerjaan sangat penting. Pemerintah bertanggung jawab atas penciptaan kesempatan kerja dalam perlindungan terhadap tenaga kerja. Untuk itu, pemerintah membuat beberapa kebijakan untuk mengurangi pengangguran.

1. Perluasan Kesempatan Kerja
Untuk mengurangui pengangguran, perluasan kesempatan kerja merupakan hal yang mutlak diperlukan. Hampir di setiap program pembangunan pemerintah selalu memprioritaskan perluasan kesempatan kerja. Perluasan kesempatan kerja oleh pemerintah biasa dilakukan dengan cara:
a. Memperluas produksi
Perluasan produksi bisa dilakukan oleh pemerintah bekerja sama dengan pihak swasta. Beberapa cara yang dilakukan misalnya dengan menambah pendirian pabrik, memberi kredit bagi UKM ( Usaha kecil dan Menengah ) serta membuka perkebunan-perkebunan.
b. Meningkatkan investasi
Pemerintah selalu berusaha membuka kesempatan seluas-luasnya bagi penanam modal baik dari dalam negri maupun dari dalam negri untuk menanamkan modalnya di sektor-sektor produktif. Selain itu, pemerintah mulai mempermudah birokrasi bagi investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia. Keadaan ekonomi dan politik yang stabil akan meningkatkan investor menanamkan modalnya.
c. Menyediakan prasarana fisik
Selama ini pemerintah selalu berusaha meningkatkan pembangunan prasarana fisik bagi masyarakat luas. Pembangunan prasarana fisik seperti jalan raya, jembatan, terminal, pelabuhan, pasar, dan lain-lain merupakan penciptaan lapangan pekerjaan bagi yang mengerjakannya. Pembangunan prasarana fisik juga diharapkan akan mempermudah dunia usaha dalam melakukan usahanya. Selain itu, tersedianya prasarana fisik yang memadai ternyata merupakan faktor pertimbangan yang mendorong investor untuk menanamkan modalnya.
d. Meningkatkan kegiatan export import
Peningkatan kegiatan export import merupakan bukti bahwa kegiatan produksi mulai berkembang. Peningkatan nilai export menunjukkan kalau produk dalam negri mulai diminati oleh konsumen luar negri. Hal ini menandakan akan ada perluasan produksi di dalam negri yang memungkinkan terciptanya kesempatan kerja baru. Sedangkan kegiatan impor sebaiknya lebih difokuskan untuk barang modal yang dapat mendukung peningkatan kapasitas produksi dalam negri.
e. Menggalakkan program padat karya
Pemerintah menggalakkan program padat karya untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah mendukung pengembangan industri padat karya yang mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja dalam proses produksinya. Contoh produksi padat karya adalah industri rokok dan industri konveksi. Selain itu pemerintah juga banyak melakukan program padat karya melalui proyek perbaikan jalan, pembangunan saluran irigasi, dan pengembangan prasarana fisik lainnya.

2. Mengurangi Urbanisasi
Kenyataannya pengangguran di kota-kota besar lebih banyak daripada di pedesaan. Banyak masyarakat dari pedesaan pergi urbanisasi ke kota dengan harapan akan memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Tetapi harapan mereka tidak bisa terwujud karena tidak cukup tersedia lapangan kerja di kota. Mereka justru menambah jumlah pengangguran di perkotaan. Dengan demikian, pengangguran di perkotaan layak mendapatkan perhatian untuk segera diatasi. Salah satu caranya adalah dengan menurunkan urbanisasi. Hal ini bisa dilakukan dengan pembangunan yang mulai di pusatkan di daerah pedesaan. Pembangunan di bidang pertanian, perubahan teknologi dalam pertanian, dan mengarahkan lokasi-lokasi industri baru di daerah pedesaan harus mulai dilakukan pemerintah. Selain itu, pemerintah bisa menyediakan banyak sekolah, perumahan, rumah sakit, jalan-jalan, pasar, pusat-pusat hiburan serta fasilitas-fasilitas lain di pedesaan.

3. Menggunakan Teknologi Yang Tepat
Dinegara yang tingkat penganggurannya tinggi, penggunaan teknologi disesuaikan dengan teknologi yang sifatnya padat karya. Penggunaan teknologi yang lebih tepat bisa dilakukan dengan kebijakan berikut.
a. Menggunakan teknologi yang tidak begitu modern. Misalnya pabrik tekstil yang menggunakan mesin sederhana yang banyak membutuhkan tenaga kerja, bukan mesin otomatis yang hanya memerlukan sedikit orang sebagai operator.
b. Menggunakan teknologi local yang tepat guna. Penggunaan teknologi di sektor pertanian dilakukan untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Tetapi perlu diperhatikan agar penggunaan mesin ini tidak menganggurkan tenaga kerja di bidang ini. Contohnya penggunaan mesin perontok padi dengan tenaga kaki manusia.

4. Memperbaiki Mutu Pendidikan
Pengangguran sekarang ini lebih mengarah pada besarnya proporsi pengangguran tenaga kerja pendidik. Mengatasi keadaan ini perlu adanya reformasi system pendidikan untuk menciptakan keseimbangan antara dunia kerja dan dunia pendidikan. Beberapa kebijakan yang dilakukan antara lain:
a. Mengarahkan pendidikan dasar dan menengah pada penguasaan teknologi dan aplikasi ilmu di dunia kerja.
b. Subsidi dari pemerintah harus diarahkan secara tepat. Subsidi untuk pembelian alat-alat praktikum, buku-buku dan beasiswa bagi siswa yang kurang mampu diharapkan bisa memperbaiki mutu pendidikan.
c. Kurikulum pendidikan seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Hal ini dilakukan agar tercapai lulusan yang siap pakai di berbagai sektor.



5. Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk
Pengangguran yang besar salah satunya disebabkan oleh pertumbuhan yang cepat dalam angkatan kerja. Untuk mengurangi prtumbuhan pengangguran dilakukan dengan melaksanakan program-program perencanaan keluarga seperti keluarga berencana (KB) dan mendorong para wanita untuk mengurangi tingkat fertilitas dengan menetapkan batas usia minimal perkawinan.
Jika jumlah angkatan kerja bisa seimbang dengan jumlah penyediaan lapangan kerja baru maka masalah pengangguran dapat diatasi. Selain itu dengan anggota keluarga kecil maka pendapatan yang diterima keluarga Indonesia bisa disisihkan untuk tabungan dan investasi yang mendukung pembangunan bangsa.

6. Memperbaiki Kesehatan Masyarakat
Kondisi tidak sehat dan kekurangan makanan akan membatasi para pekerja untuk meningkatkan produktivitas kerjanya, Subsidi pangan dan kesehatan akan meningkatkan kesehatan dan produktivitas penduduk. Penduduk yang sehat dengan nutrisi yang baik memungkinkan untuk bekerja lebih lama dalam seharinya dan meningkatkan efektivitas kerjanya. Pemerintah telah berupaya meningkatkan kesehatan masyarakat dengan memberi subsidi kesehatan, layanan kesehatan masyarakat, membangun rumah sakit, pengadaan dokter dan obat, perbaikan lingkungan serta menjamin keselamatan kerja.



Pembagian flora

Tumbuh-tumbuhan yang hidup di suatu tempat ada yang tumbuh secara alami dan ada juga yang dibudidayakan oleh manusia. Flora atau dunia tumbuhan di berbagai tempat di dunia pasti berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut :
• Iklim
• Jenis tanah
• Relief atau tinggi rendah permukaan bumi
• Biotik (pengaruh makhluk hidup).
• Kelembapan
• suhu
I. BERDASARKAN IKLIM
Pembagian jenis flora di dunia tersebar di daratan dan perairan, baik yang terdapat di air tawar maupun di air asin (laut). Pertama-tama akan dijelaskan tentang:
1. Flora yang hidup di daratan
Flora di daratan sangat bervariasi dan terbentang mulai dari wilayah khatulistiwa sampai ke wilayah kutub. Secara umum flora yang hidup di daratan dapat diklasifikasikan atas Hutan, Sabana, Stepa dan Gurun.
a. Hutan
Berdasarkan keadaan tumbuh-tumbuhannya hutan dibagi atas:
• Hutan Hujan Tropis, terdapat di daerah sekitar khatulistiwa yaitu antara garis 10 derajat LU sampai dengan 10 derajat LS dengan curah hujan yang tinggi. Ciri-cirinya yaitu: pohonnya tinggi dan lebat/rapat, jenisnya sangat bervariasi (heterogen) dan selalu hijau. Sebagian besar jenis flora di dunia terdapat pada hutan jenis ini yang diperkirakan mencapai lebih dari 3000 spesies. Pada hutan ini terdapat jenis-jenis flora Epiphyt (tumbuhan yang menempel) seperti anggrek, rotan, jamur, dan lumut. Adanya tumbuhan ini menandakan kelembaban udara sangat tinggi. Contohnya antara lain hutan-hutan di Indonesia (Sumatera, Kalimantan, Irian, Jawa), Brasilia (Amazone), India, Amerika Tengah (Florida) dan Karibia.
• Hutan Musim, terdapat di wilayah-wilayah yang mempunyai musim kering (kemarau) dan musim hujan. Ciri-cirinya adalah: biasanya meranggaskan daun-daunnya pada musim kering (kemarau). Berbeda dengan hutan hujan tropis yang pohon-pohonnya sangat lebat sehingga sinar matahari sulit untuk sampai ke tanah, maka pada hutan musim pohon-pohonnya lebih jarang, tidak terlalu tinggi dan jumlah spesiesnya tidak begitu banyak, sehingga sinar matahari sampai ke tanah. Hutan ini terdapat di India, dan Asia Tenggara termasuk Indonesia (Jawa Timur, Sulawesi, Nusa tenggara).
• Hutan Hujan Daerah Sedang, terdapat di daerah-daerah pantai sebelah Barat dari garis lintang 35 derajat sampai dengan 55 derajat di belahan bumi Utara dan Selatan, wilayah antara garis lintang 25 derajat sampai dengan 40 derajat lintang Utara dan Selatan, wilayah dataran tinggi zone ekuatorial dan tropis. Ciri-cirinya adalah: daunnya selalu hijau, kurang rimbun dan spesiesnya tidak banyak. Pohonnya tidak begitu tinggi dan daunnya lebih kecil dan tidak banyak terdapat semak. Vegetasi yang khas di hutan ini antara lain pakis, agthis, palem, bambu, dan belukar. Hutan ini terdapat di Amerika Serikat dan Eropa yang beriklim kontinen (benua).
• Hutan Rontok Daerah Sedang, terdapat di wilayah yang mempunyai iklim yang sangat dingin (Winter) dan iklim yang relatif hangat (Summer) yaitu di Amerika Utara dan Eropa Barat. Vegetasi yang terdapat di wilayah ini yaitu pohon-pohon tinggi seperti cemara dan pinus serta pohon-pohon kecil (perdu).
• Hutan Berdaun Jarum, terdapat di daerah-daerah di atas lintang 60 derajat seperti di Kanada Utara, Siberia dan pegunungan tinggi wilayah tropikal. Tumbuhannya antara lain pinus, larix, dan Sequoia yang merupakan pohon yang terbesar di dunia, terdapat di California. Pohon ini mencapai ketinggian 100 m, diameter batangnya 4,5 - 10 m.
• Hutan Berkayu Keras, terdapat di daerah iklim mediteranean, yang terdapat pantai Barat antara lintang 30 derajat - 40 derajat. Ciri-cirinya yaitu daunnya selalu hijau, pohon tidak terlalu tinggi namun berkayu dan berdaun keras. Contohnya pohon Oak atau Zaitun.
b. Sabana
Sabana, merupakan padang rumput yang diselingi oleh pepohonan baik besar maupun kecil (semak). Jenis rumputnya merupakan rumput-rumput yang tinggi. Sabana antara lain terdapat di Australia, Brasilia, Venezuela, dan Indonesia (di Aceh disebut Blang dan Nusa tenggara). Sabana biasanya merupakan daerah peralihan antara hutan dan padang rumput.
c. Stepa
Stepa merupakan padang rumput yang luas dengan diselingi oleh pohon-pohon perdu, membentang dari daerah tropis sampai daerah subtropis yang curah hujannya tidak teratur dan sulit mendapatkan air. Terdapat antara lain di Australia, Argentina, Brasilia, Amerika Serikat, dan Afrika Utara. Di Amerika Serikat stepa dinamakan Praire, di Argentina dinamakan Pampa, di Hongaria dinamakan Poeszta, dan di Brasilia disebut Campos.
d. Tundra
Tundra, adalah rumput kerdil yang tahan dengan suhu yang sangat dingin, terdapat di daerah yang berbatasan dengan kutub di mana suhu udara sangat dingin seperti di Rusia Utara, Kanada Utara, Norwegia, dan Finlandia. Contohnya adalah lumut. Setelah es mencair tumbuhan tundra yang beku dapat hidup lagi. Daerah tundra dapat mengalami malam atau siang yang sangat lama sampai berbulan-bulan.

e. Gurun
Gurun merupakan daerah yang tidak mudah bagi tanaman untuk dapat tumbuh. karena sangat panas pada siang hari, membeku pada malam hari dan kekurangan air. Hujan sekitar setahun sekali sehingga jenis tanaman yang hidup disana adalah jenis tumbuhan yang tahan terhadap kekeringan seperti pohon kaktus dan beberapa jenis rumput berduri. Gurun Sahara di Afrika merupakan gurun terbesar di dunia. Lainnya antara lain adalah di Saudi Arabia, Australia, Turkestan, Peru (Gurun Atacama), Pakistan, dan Mongolia (Gurun Gobi). Kebanyakan pohon gurun hanya dapat hidup di daerah-daerah yang mempunyai cadangan air di bawah tanahnya. Suhu udara di siang hari dapat mencapai 40o Celcius. Selain gurun di daerah panas, terdapat gurun dingin di daerah Arktik sekitar 84o Lintang Utara yang merupakan daerah tertutup salju abadi. Karena daerahnya selalu beku, vegetasi yang dapat tumbuh antara lain jenis lumut dan rumput kerdil.
Demikianlah jenis-jenis flora di daratan. Sekarang akan saya jelaskan mengenai flora yang hidup di air, yang terdiri atas flora yang hidup di air tawar dan di air asin
2. Flora yang hidup di air tawar
Flora air tawar meliputi flora yang hidup di air danau, sungai, dan rawa. Jenis tumbuhannya antara lain adalah enceng gondok, ganggang, teratai, lumut, dan talas. Ada pula tumbuhan yang dapat pula hidup di air tawar maupun air asin yaitu tumbuhan bakau dan nipah.
3. Flora yang hidup di air asin
Flora yang hidup di air asin terdapat di dasar laut perairan dangkal dimana sinar matahari dapat tembus sampai ke dasar laut. Tumbuhan tersebut antara lain adalah:
• rumput laut
• lumut dan ganggang
• fitoplankton, hanya dapat dilihat dengan mikroskop karena sangat kecil.
II. BERDASARKAN SUHU/ KETINGGIAN TEMPAT
a. Daerah panas (0 – 650 meter), tumbuhan yang cocok di daerah ini adalah kelapa, padi, jagung, tebu, karet.
b. Daerah sedang ( 650 – 1500 meter), tumbuhan yang cocok di daerah ini adalah kopi, tembakau, teh, sayuran.
c. Daerah sejuk ( 1500 – 2500 meter), tumbuhan yang cocok di daerah ini adalah teh, sayuran, kina, pinus.
d. Daerah dingin (di atas 2500 meter) tidak ada tanaman budidaya

III. BERDASARKAN FAKTOR GEOLOGI
Sebenarnya, pulau-pulau di Indonesia Barat pernah menyatu dengan benua Asia sedangkan pulau-pulau di Indonesia Timur pernah menyatu dengan benua Australia. Oleh karena itu tumbuhan di benua Asia mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan tumbuhan di Indonesia Barat demikian pula ciri-ciri tumbuhan di Indonesia Timur mirip dengan tumbuhan di benua Australia. Berdasarkan hal tersebut, flora di Indonesia dibedakan dalam tiga wilayah, yaitu flora di dataran Sunda, di dataran Sahul dan di daerah Peralihan.
a. Flora di Dataran Sunda
Flora di dataran Sunda disebut juga flora Asiatis karena ciri-cirinya mirip dengan ciri-ciri tumbuhan Asia. Ingat sejarahnya bukan? Contoh-contohnya yaitu: tumbuhan jenis meranti-merantian, berbagai jenis rotan dan berbagai jenis nangka. Hutan Hujan Tropis terdapat di bagian Tengah dan Barat pulau Sumatera dan sebagian besar wilayah Kalimantan. Bagaimana dengan Pulau Jawa? Apakah memiliki Hutan Hujan Tropis?
Di dataran Sunda banyak dijumpai tumbuhan endemik. Di Kalimantan 59 jenis dan di Jawa 10 jenis. Apakah tumbuhan endemik itu? Tumbuhan endemik adalah tumbuhan yang hanya terdapat pada tempat tertentu dengan batas wilayah yang relatif sempit dan tidak terdapat di wilayah lain. Misalnya bunga Rafflesia Arnoldii hanya terdapat di perbatasan Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Selatan. Anggrek Tien Soeharto yang hanya tumbuh di Tapanuli Utara,Sumatera Utara.

b. Flora di daerah Dataran Sahul
Flora di dataran Sahul disebut juga flora Australis karena jenis floranya mirip dengan flora di benua Australia.. Meliputi pulau apa saja dataran Sahul? Ya, Irian Jaya serta pulau-pulau kecil disekitarnya. Dataran Sahul memiliki corak hutan Hujan Tropik tipe Australia Utara, yang ciri-cirinya sangat lebat dan selalu hijau sepanjang tahun. Di dalamnya tumbuh beribu-ribu jenis tumbuh-tumbuhan dari yang besar dan tingginya bisa mencapai lebih dari 50 m, berdaun lebat sehingga matahari sukar menembus ke permukaan tanah dan tumbuhan kecil yang hidupnya merambat. Berbagai jenis kayu berharga tumbuh dengan baik, seperti kayu besi, cemara, eben hitam, kenari hitam, dan kayu merbau. Di daerah pantai banyak kita jumpai hutan mangrove dan pandan, sedangkan di daerah rawa terdapat sagu untuk bahan makanan. Di daerah pegunungan terdapat tumbuhan Rhododendron yang merupakan tumbuhan endemik daerah ini.

c. Flora Daerah Peralihan
Pulau yang termasuk ke dalam flora peralihan hádala pulau Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara. Mengapa disebut daerah peralihan? Hal ini dapat dijawab dengan contoh yaitu flora di Sulawesi, yang mempunyai kemiripan dengan flora daerah kering di Maluku, Nusa Tenggara, Jawa, dan Filipina. Di kawasan pegunungannya terdapat jenis tumbuhan yang mirip dengan tumbuhan di Kalimantan. Sedangkan di kawasan pantai dan dataran rendahnya mirip dengan tumbuhan di Irian Jaya. Corak vegetasi yang terdapat di daerah Peralihan meliputi:
Vegetasi Sabana Tropik di Kepulauan Nusa Tenggara, Hutan pegunungan di Sulawesi dan Hutan Campuran di Maluku.
IV. BERDASARKAN KELEMBAPAN
1. Xerofit
• Xerophyta (Xerofit), yaitu tumbuhan yang sangat tahan terhadap lingkungan kering atau kondisi kelembaban udara yang sangat rendah
• misalnya kaktus.
2. Mesofit
• yaitu tumbuhan yang sangat cocok hidup di lingkungan yang lembab tetapi tidak basah
• Contoh:
 anggrek
 cendawan.
3. Higrofit
• yaitu tumbuhan yang sangat cocok hidup di daerah basah
• Contoh:
o teratai
o eceng gondok
o selada air
4. Tropofit
• yaitu jenis tumbuh-tumbuhan yang mampu beradaptasi terhadap perubahan musim hujan dan musim kemarau.
• Tropophyta merupakan tumbuhan khas iklim muson tropik.