wijaya kusuma

uatu saat, kekaguman pasti datang dalam diri kita..
datang tiba-tiba bagai gempa yang sulit dkira-kira
namun, terkadang..
kekaguman membuat kita merasa bersalah atau disalahi
seperti sang wijaya kusuma dalam kekagumannya dengan matahari
entah salah atau bukan,
tapi bagaimana mungkin ia kagum padda sang surya,
jika yang bisa dia lihat hanyalah bulan?
Bagaimana bisa sang matahari membalas kekagumannya dengan datang pada malam?
Haruskah sang kembang merubah putaran sang waktu?
Membuat siang jadi malam dan malam jadi siang...

sudahlah..!
takdirlah yang membuat sang kembang terjaga kala malam dan lelap kala surya menjelang
takdirlah yang membuat sang kembang dicintai banyak orang meski bukan oleh matahari
namun,
baiklah jika sang kembang hendak berharap
tapi bukan berharap-harap
atau bolehlah jika sang kembang ingin meminta
tapi bukan meminta-minta
karena apa yang tertulis,
sulit untuk dihapus lagi..
hanya perlu tambahan agar menjadi sempurna.

TANGIS

Tahukah kamu,,
Ada sesuatu yang ingin meletup..
Sesuatu yang seakan ingin keluar tapi tertahan..
Sesuatu yang saat ini sangat kubutuhkan..
Tak sanggup ku menahannya untuk terus di dalam..
Tahukah kamu,,
Sesuatu itu sungguh menyiksaku..
Sesuatu itu bagaikan bom nuklir yang siap meledak kapan saja
Bagaikan gunung merapi yang hendak meletus.
Hendak meluapkan segala laharnya
Namun, terhalang oleh batu-batu yang mengganjal..

Lahar-lahar ini membuat hatiku terus berguncang..
Aku butuh sesuatu..!!

Lalu, tanganmu merengkuh ku..
Memelukku..
Tubuhku lalu tergoncang..
Akhirnya gunung berapi itu pun meletus..
Mengeluarkan semua kerikil dan batu-batuan padas..
Akhirnya sesuatu itu keluar..
Setetes air mata yang ingin tertumpah
Tapi tertahan..
Tetesan ini terus membanjiri pipiku..
Membentuk riak-riak sungai yang juga mengalir dalam tanganmu..
Lewat air ini,, kau dan aku menjadi satu..
Kau tak perlu bertanya dan aku tak perlu menjawab
Kau tahu apa mauku
Dan ku mengerti perasaanmu


Aku tahu,,
Setelah ini semuanya selesai..
Dalam TANGIS..