ALANG-ALANG, SENJA, KITA

Sebuah frasa tak bermakna,,
Yang berbeda..
Namun, jadi terangkai bersama

Dan dari semuanya, hanya ini yang bisa kutangkap..
Senjamu merona,,
Mengagung dalam sebuah tahta...
Yang seakan hendak menelan, menenggelamkan..
Yang menjadi background dalam sebuah singgasana panorama..

Dan satu yang sangat kupahami..
Alangku berayun..
Seakan senjamu telah torehkan musik kehidupan..
Bunga sederhanaku melagu..
Menyanyi lirih dan mengunci pandang..
Mungkin bila mampu menahan waktu..
Biar senja ini mau jadi satu..

Karena alang-alang ..
Itu aku...
sedang senja...
Itu kamu..
Dan dalam tawa ini..
Ada kita...

Buat Neptunus

Dan dia benar layaknya seseorang dari Tuhan
Pernah dia berkata, dalam seulas senyum…
Tentang sebuah nyawa, yang bukan milik kita
Tentang sebuah raga yang hanya titipan saja
Dan tentang hidup mati yang baginya sangat sederhana

Layaknya seorang miskin yang berhendak berusaha
Tuhan lah bank penyimpan modal
Tangannya terulur menyumbang nyawa,
Bagi segenap manusia

Dan nantinya,
Kita ikuti saja, bagaimana modal itu berjalan
Bagaimana nyawa itu menggerakkan raga
Dan memang benar kita mengalir saja...
Menggunakan apa yang ada
Bukan mengada-ada untuk sebuah guna

Dan dari seseorang yang tersenyum itu,
Sungguh kita dapat belajar...
Anggap saja ini detik terakhir kita,,
Yang mengingatkan kita pada-Nya
Bahwa puluhan tahun kita hanyalah sedetik dua detik yang Tuhan telah tahu
Dan dari Tuhan
Telah dikirimkannya seseorang dengan senyum
Yang meyakinkan dan membenarkan sabda-Nya
Mengingatkan pada kita,,
Hidup adalah anugerah, sebuah keajaiban istimewa
Yang hanya pinjaman, dan siap diminta
Yang meski nantinya melemahkan raga
Namun haruslah melebarkan tawa...